Saturday, January 2, 2010

Kuching: Persinggahan 300 menit

Kuching, Sarawak, East Malaysia


BusAsia Terminal ,
3 Januari 2009 2010

10.48 am 


Menginjakan kaki (lagi) di Malaysia.
Orang–orang yang anehnya lebih familiar daripada Ibukota sendiri.
Mendengar bahasa yang sedikit banyak mengundang senyuman, juga makanan yang ternyata di rindukan.
Diatas semuanya, teh tarik.
Rasanya seperti berjumpa dengan kawan lama mungkin.


Seperti yang sudah diramalkan sebelumnya, kami mencapai Kuching tepat pukul 9 pagi.
Setelah melewati dua belas jam perjalanan dengan tidur yang sangat jauh dari berkualitas, teh tarik satu ringgit enam puluh sen adalah pelipur lara.



Pertemuan dengan seorang teman baru membuat rencana berbelok.
Kami langsung bertolak ke Miri siang ini, melupakan rencana menginap satu malam di Kuching dan memutuskan melanjutkan enam belas jam perjalanan menuju Kuching .
Teman baru kami, seorang Pakcik yang menceritakan perjalanannya mencari calon pendamping hidup baru untuk menggantikan almarhumah istrinya menawarkan tumpangan sampai Bandar Seri Begawan.
(dan baru kemudian kami sadari bahwa sang pakcik tidak kunjung muncul di Brunei Darussalam)


pakcik haji (dan noda susu di lengan bajunya) mengingat almarhumah 

Seperti kemarin (masih) melihat, mendengar, dan merasa.
Bertemu, berkenalan , berbincang dan kemudian selamat tinggal.
Meninggalkan rasa takjub akan cerita-cerita ajaib yang datang silih berganti.








Kemudian kamipun menghabiskan ratusan menit yang kami miliki untuk mengobrol ngalor ngidul, sarapan sekaligus makan siang, mengunyah kurma tanpa biji, sikat gigi dan cuci muka
juga menghilangkan phobia terhadap anjing -yang ini khusus untuk saya .fuih!-