Friday, January 29, 2010

Metro Manila : dan surga yang bocor pt.II

Metro Manila, City of Manila
Barangay 649 Zone 68 Port Area Manila
29 Januari 2010



gambaran sederhana anak-anak di Baseco,
berusia sekitar tujuh tahun dengan dua atau tiga orang adik yang masih kecil

Hari sudah mulai gelap di Baseco, saya tidak ingat pukul berapa.
Yang pasti, saya dan Indrawan sedang duduk-duduk di lantai atas Kabalikat Center ketika seorang bocah dengan rambut berbuntut masuk ke dalam.

Saya ingat namanya Jay.

“Hai, Jay...”
dan dia pun melonjak-lonjak masuk ke dalam, setengah berteriak pada teman-teman kecilnya di bawah.
Khawatir dia akan kembali membawa pasukannya ke dalam kantor Kabalikat, saya memutuskan untuk turun kebawah. Dan suami saya akan menyusul belakangan.
si cantik KC Po,Rubelyn,Andrew,Maclaran (kalau saya tidak salah mengeja,bocah yang sebelah matanya buta), Emerito, Jasper si penggila Super Hero, Annalete, Angelo dan Kevin yang tertua      
      
Tidak seperti hari kemarin saat ini saya ingin mengajari mereka membuat boneka kertas, sesuatu untuk teman bermain. Karena akan membosankan bila kami terus menerus menggambar karikatur wajah.
Permasalahannya adalah, kami tidak ada persiapan sama sekali.
Sehingga suasana Taman Kanak-Kanak Mini ini sangat ramai dengan aneka pertanyaan dan aneka komentar yang lagi-lagi dalam bahasa tagalog (heu!)
Hari sudah gelap dan Indrawan menyuruh saya mengakhiri perjumpaan kami.
Setengah tidak rela saya pun mengucapkan selamat tinggal.
See you tomorrow !” kata saya,
yang pun saya yakin tidak mereka mengerti tapi tetap dibalas dengan senyum lebar dan belasan lambaian tangan.
semoga saya bisa mengingat mereka semuanya sampai tahun-tahun kedepan,
fritzy jane,andrew,angelina,jay,angelica,si baju merah yang saya tidak tahu namanya,
rochelle,annalete,kyla dan alicia may 


Thursday, January 28, 2010

Metro Manila : dan surga yang bocor pt.I

Metro Manila, City of Manila
Barangay 649 Zone 68 Port Area Manila
28 Januari 2010
 rubelyn , seorang anak perempuan dari blok delapan Baseco

“Dan saya ingin sebuah garasi yang penuh dengan anak-anak ...”

Tidak pernah terbayangkan bahwa keinginan saya akan terwujud lebih cepat.
Bukan milik sendiri memang, juga bukan sebuah garasi. Namun lebih baik lagi, sebuah perkampungan penuh dengan anak-anak.

Di awali dari keinginan saya untuk lebih dekat dengan seorang anak laki-laki berusia sekitar dua tahun,yang belakangan diketahui bernama Ronel, sampai kemudian menjadi pertemuan dengan anak-anak yang selalu mengundang senyum.
 Ronel, bocah dua puluh empat bulan yang hidungnya selalu berair 
Berbekal sebuah kalimat yang saya pelajari secara instan tepat beberapa menit sebelumnya dari seorang pengrajin tas bernama Bailaga, saya mendatangi sekumpulan anak-anak yang sedang bermain tumbang priso dengan gagah berani (haha..)

Bersama anak-anak, 
gambar diambil oleh Indrawan 
Sina pangalan mo?”*
  (siapa namamu?)
“Rubelyn!”
“Rochelle!”
“Aristotelle!”
“..bla..bla..”
dan yang lainnya terus menerpa seperti badai selatan.
Mengingat nama sekian banyak anak saja sudah sulit, terlebih lagi mereka memiliki nama-nama yang asing di telinga dan terus membanjiri saya dengan pertanyaan-pertanyaan dalam bahasa tagalog yang sayangnya hanya bisa dibalas dengan cengiran.

Saya pikir salah satu cara untuk bisa berkomunikasi dengan mereka adalah dengan bahasa gambar. Karenanya saya duduk di pinggir jalan dan mulai menggambar mereka satu per satu,
dimulai dari Angelica..
dan ternyata kami mulai bisa banyak bertukar cerita, tertawa, dan tentunya membuat saya mengingat nama mereka dengan lebih baik.
Seorang anak kecil berambut pendek memeluk saya dari belakang, namanya Rochelle.
Dan saya tahu, tidak ada yang lebih menyenangkan selain menyambung mimpi dengan para pemimpi kecil.
Dan lalu,
mulai mengambar bersama

Metro Manila : Intramuros, within the walls

Metro Manila, City of Manila

Barangay 649 Zone 68 Port Area Manila
28 Januari 2010



Dalam rangka menutup mulut saya yang menginginkan perjumpaan kedua dengan Katedral Manila akhirnya kami pergi ke Intramuros.
Dengan hati riang kami menaiki tricycle, sebuah kendaran umum yang paling umum di Baseco. Tricycle sendiri sebenarnya adalah sebuah motor kawasaki dengan sespan yang di modifikasi sedemikian rupa sehingga dapat mengangkut enam orang penumpang, tujuh dengan si pengendara.
Wow!
 

  

 
Sejauh ini Tricycle 6 orang di Baseco saya anugrahi empat bintang dari lima, untuk kendaran favorit di manila. Menyenangkan luar biasa!
Dan jangan bicara tentang sistem sambungan motornya,
atau tentang cara si pengendara mengemudikan kendaraannya,
nikmati saja.
hahay!

  

  

  

 
Intramuros sendiri adalah daerah yang luar biasa, sama seperti panas matahari yang juga luar biasa semenjak kami keluar dari Baseco.
Penjaga keamanan disana menggunakan seragam polisi Spanyol lama (ini kami konfirmasikan kemudian pada Ivy, sahabat baru kami yang juga mengajar di Baseco),
gedung-gedung tua yang cantik, mangga muda yang di makan dengan saus pedas panas , juga Asean Park dimana patung Adam Malik adalah satu-satunya delegasi yang menggunakan kopiah disana.
 

Menturisi diri sendiri di Intramuros
 

 

 

 

Minor Basilica of the Immaculate Conception (once more)


 
  
  

  

 
  
Within the portrait wall 

  

 

Within the landscape wall

 

  

  

  

 

  
Row, row, row your boat,
Gently down the stream.
Merrily, merrily, merrily, merrily,
Life is but a dream.
 

Wednesday, January 27, 2010

Metro Manila: Menjahit Selimut Mimpi

Metro Manila, City of Manila

Barangay 649 Zone 68 Port Area Manila
27 Januari 2010
 
 baseco
There's always a first time for everything 

“Apakah saya salah bila tujuan utama saya bukanlah melihat hal-hal paling indah seperti orang-orang lainnya, tetapi mencari tempat-tempat kumuh di seluruh dunia?”
Itu yang dikatakan Indrawan pada malam terakhir kami di Quezon City sebelum akhirnya kami pindah ke Baseco.

Iya, kami akan tinggal di Baseco untuk dua minggu ke depan, menghabiskan masa tenggat visa kunjungan kami dengan berbaur langsung dengan masyarakat sekitar.
Senin, Rabu dan Jumat adalah hari-hari dimana kami akan membantu Ivy, seorang gadis Philipina cantik yang bekerja untuk UPA, mengajar kelas tambahan untuk tingkat lima juga enam. Menariknya Ivy memberikan seluruh jam mengajarnya pada kami, dimana kami bebas untuk memberikan materi pelajaran yang kami sukai. Seperti menggambar, photografi, puppet doll, bahkan Bahasa indonesia.

Menetap di perkampungan kumuh seperti di Baseco adalah tujuan utama Indrawan sejak awal,
“Apabila kita mengunjungi Vietnam, jangan berharap untuk pergi ke Halong Bay,
dan bila ke India, kita pergi bukan untuk Taj Mahal..”
begitu kurang lebih percakapan kami, jauh sebelum kami pergi meninggalkan Indonesia, bahkan sebelum kami menikah dan masih terpisah antara Jakarta - Kuala Lumpur.

Ketertarikan utama saya pada tempat ini adalah pada anak-anak kecil yang berseliweran dimana-mana. Bersandal jepit dan ingus yang eksesif..berjatuhan bagai hujan *lebay
Adalah hal baru berkejar-kejaran dengan mereka untuk menangkap gambar, kecuali para bayi yang duduk diam di ketiak Bundanya.
Saya mengagumi daya adaptasi mereka yang luar biasa, celana merah muda juga pakaian biru langit yang selalu bersinar meskipun tertutup debu dan terik matahari.
Terlihat begitu mengagumkan meskipun sedang tertidur.

Hal menarik lainnya adalah Baseco hanya berjarak 7 peso dari Intramuros,The Old City, tempat yang sudah saya tandai dalam peta “Harus Pergi Kesana” .
 
 Kabalikat Center, 
tempat kami menumpang hidup untuk dua minggu kedepan
 
Kabalikat Center lantai dua, 
kasur lipatnya akan dimasukan ke bawah meja keesokan harinya, 
dan lalu kegiatan pun dimulai di tempat ini

Dan disinilah kami berada saat ini, di lantai dua Kabalikat Center beralaskan matras yang baru saja dibeli dengan harga promo 1,450 ph untuk dua matras (buy 1 get 1 free).
Tidak ada kamar disini.
Kami tidur di ruang serba guna satu-satunya ruang di lantai dua, yang biasa digunakan untuk rapat, untuk membuat kerajinan ayaman tas (dimana Sandros si penjaga tempat ini sudah menjanjikan untuk mengajari saya..yay!), untuk makan, juga sebagai tempat penyimpanan barang jadi/ show room sementara.

Tetangga sebelah rumah, 
Mahkluk manis ini tetangga kami, si kecil menderita ruam-ruam pada kulitnya, 
dan sang kakak sangat suka menjawil untuk minta di foto

Playground, 
begitulah orang-orang di Baseco menyebut tempat ini.
Area bermain anak-anak saat pagi,siang dan malam
Malam hari akan diadakan pasar malam kecil di sepanjang jalan, dimana bisa menemukan banyak makan murah dan lagi halal 

Kios di Baseco, 
salah satu contoh kios perdangan di Baseco.
Jarang sekali terdapat mobil pribadi,
nampaknya ini adalah mobil salah satu pelancong 
Kami di Baseco, 
di ambil oleh Jomelyn, sepuluh tahun,
yang untuk pertama kalinya memegang kamera digital

Hal baik yang bisa diambil adalah kami akan mulai terbiasa untuk hidup teratur.
Bangun sebelum pukul tujuh untuk melipat kasur juga merapikan barang2 karena pukul delapan kegiatan sudah akan dimulai; para Ibu akan mulai berdatangan untuk membuat anyaman tas, bahkan mungkin untuk Sabtu Minggu akan diadakan rapat mingguan disini.

Dan selama terdapat air bersih juga akses makanan mudah (serta para bayi!), semua akan baik-baik saja.
 
Magandang Gabiho!

Friday, January 22, 2010

Metro Manila: R&J Rooms

Quezon City, Metro Manila

R&J Rooms #4up

Kamias Rd

Seperti yang terjadi sebelumnya di Kota Kinabalu, kami mencari alternatif tempat tinggal yang lebih murah dan lebh murah lagi.
750 php/ malam mulai dirasa terlalu berat dan kami harus mencari lahan baru bila ingin bertahan hidup lebih lama.Glek!
 
 Kamar lama kami di Metroroom #102
 
 kamar mandi yang bersih dan menyenangkan
 
bonus : cicak!

Tentunya tidak mudah memenuhi ekspektasi kami akan kamar yang bisa disewakan secara mingguan atau bulanan dengan harga istimewa.
Yang terjadi adalah kami merasa tertipu akan iklan-iklan hotel murah, seperti 150php atau 350php, yang nyatanya adalah hotel yang di sewakan per-jam.
Menurut Indrawan hal itu adalah hal biasa di Jakarta, dimana terdapat hotel-hotel khusus yang menyewakan tempatnya hanya dalam hitungan jam.
"Hotel transit bun..."katanya 

Setelah misuh-misuh dan patah arang, akhirnya kami menemukan dua alternatif tempat tinggal.
Sebuah kamar seharga 4000php/ bulan atau kamar seharga 300 php/hari.
Nyatanya kami belum yakin apakah kami akan tinggal di Quezon atau akan mendapatkan tawaran yang lebih menarik di bagian lain Metro Manila.
Karenanya kami memilih untuk menyewa kamar seharga 300 php/ hari di R&J Room selama mungkin dua atau tiga hari.

Kamarnya?




 

 
Dan di suatu hari yang tidak beruntung,
seekor tikus masuk kedalam kamar kami dan berhasil menggerogoti Indomie Ayam Bawang juga Kari Ayam
 
Sebuah kamar mungil berukuran 2 x 3 meter persegi, dengan single bed yang bila diduduki berderit (dan memang sudah jebol bagian bawahnya :D ), jendela mengarah ke jalan raya, sebuah meja plastik, dan partisi yang sama sekali tidak sound proof.. (menyebabkan kami banyak mendengar hal-hal yang mencurigakan dari kamar sebelah).
Kipas angin membuat segala lebih mudah, terutama di malam hari.
Dan bagian paling luar biasa dari tempat ini terjadi tepat di malam pertama kami menginap disini, dimana terjadi perbaikan jalan tepat di depan kamar kami.
Saya baru bisa terlelap setelah subuh, setelah selesai ke kamar kecil untuk yang ke dua kalinya dan menutup telinga dengan bantal.
Indrawan?
He slept just like a baby..safe and sound :)


Manila: Jantung Yang Copot itu Harganya 25.000 rupiah

Sebuah catatan oleh Indrawan Prabaharyaka,
setelah mengalami perang dingin yang untungnya tidak berkepanjangan..

SM Mall of Asia,
City of Manila
22 Januari 2010


Beberapa menit yang lalu, kita baru saja menjadi pelancong dalam artian sebenar-benarnya. Mengelilingi tempat-tempat menarik dan bercahaya, mencoba wahana-wahana hiburan, hingga makan malam cukup mewah untuk ukuran kantong kami. Sempat terjadi dorong-dorongan dan pembicaraan sekelas sinetron ketika akan mencoba Bungee Fun seharga 120 Peso (25.000 rupiah) di Mall of Asia, bangunan komersial yang konon terbesar di dunia.



 


“Kalo aku nanti selesai loncat-loncat setinggi 60 meter lalu turun tidak bernafas lagi bagaimana?”, istri saya berkomentar dengan wajah pucat dan tangan kedinginan karena menggigil ketakutan.
“Nanti ada saya di bawah mencium kamu dan bilang I love you begitu kamu selesai”, saya mencoba menenangkan perasaan Widyastuti yang berekspresi semakin pasrah.
Atraksi pun dimulai. Sang operator memainkan Bungee Fun dengan kecepatan rendah, lalu semakin melambungkan Widyastuti yang tidak berteriak atau menutup matanya.
“Bagaimana rasanya sayang? I love you”, tanya saya padanya ketika baru saja selesai diguncang-guncang tanpa daya.




 


“Sekarang giliran kamu yang naik ya. Rasakan sendiri jantung yang lepas dari tempatnya”.
Dan sekarang giliran saya yang jadi sepucat mayat.