Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam
Kamar Jalu, Kampung Mata–Mata ,
10 Januari 2010
11.40 pm
Ini akumulasi perjalanan yang dimulai sejak pertama kali kami menginjakan kaki di Bandar Seri Begawan.Yang dituliskan sembarangan dan seringkali terlupakan karena kepala terlanjur menyentuh bantal.heu
Sungai Kianggeh
Pertama kali mencapai Bandar dan dihadapkan pada larangan merokok di seluruh penjuru membuat Indrawan memutuskan kami harus secepatnya mencari udara segar.
Dari terminal bus Bandar, kami berjalan ke arah waterfront Sungai Kianggeh.
Indrawan mengambil spot di depan bioskop yang sudah almarhum untuk merokok, sedangkan saya memutuskan berputar menyusuri sungai.
Atau tepatnya diungsikan dengan halus oleh sang suami,
“Sana, senang-senang ambil gambar!”
dilarang merokok disini, indrawan pun mengungsi
Sungai Kianggeh dan taksi air menuju Kampung Ayer
Pasar Sungai Kianggeh
Jualan utamanya adalah ikan kering,
Terletak di tepi Sungai Kianggeh pasar ini selalu ramai dikunjungi, terima kasih kepada taksi air yang selalu setia menanti.
Berbagai makanan laut kering ada disini
dan ternyata juga menjual ini
Penjual sayur ini mungkin seumur dengan adik saya yang paling kecil
dan dia ternyata pandai menggambar
Menunggu keringat kering di bawah pohon
"taruhan..pasti dia orang Philipina.."
Kecapaian kami lalu duduk di belakang kedai ikan kering, membeli satu kaleng cincau dan digigit semut merah sampai gatal-gatal
Kompleks Pekuburan
Indrawan mengajak saya menyusuri pekuburan yang terletak di dalam pasar.
Dan mengambil gambarnya bukanlah pekerjaan yang terlalu menyenangkan.
Kompleks pekuburan ini terletak tepat di belakang pasar,
dikelilingi pagar setinggi kurang lebih lima kaki yang tidak terkunci
Pekuburan yang sama, dilihat dari tempat yang lebih tinggi
Tempat yang lebih tinggi?
maksud saya, pekuburan lain yang lebih tinggi.
(dan orang yang bertanggung jawab mengajak saya naik kemari..T.T)
Yang lebih tinggi pt.I
Yang lebih tinggi pt.II
Kelenteng
“Bun, Saya punya teori baru, bahwa kelenteng itu akan dekat dengan pasar”
Dan ini adalah kelenteng yang terletak tepat di depan Pasar Sungai Kianggeh.
Salah satu hal yang memicu kalimat Indrawan di atas.
pintu utama kelenteng "Hall of Flying Clouds"
yang ternyata merupakan hasil relokasi di tahun 1960
dan dibelakangnya adalah gedung parkir tujuh lantai
hue.hehe....
Indrawan agak cemberut setelah dipaksa berfoto di depan kelenteng dengan timer.
Perutnya masih sakit, sejak mencapai Brunei Indrawan terserang nyeri lambung terus menerus setiap hari
(dan ternyata sembuh setelah kami mencapai Kota Kinabalu, Sabah..hem)
Two drifters off to see the world,
there's such a lot of world to see.
We'er after the same rainbows end,
and waiting round the bend,
my huckleberry friend, Moon River, and me
-sinatra-