Sunday, January 10, 2010

Bandar Seri Begawan: Kampung Ayer

Kampung Ayer,
sore terakhir di Bandar Seri Begawan 



Kami akhirnya berhasil menaiki taksi air yang sebelumnya saya ceritakan.
Dibutuhkan sekitar lima belas dollar Brunei untuk berkeliling Kampung Ayer, sekitar seratus ribu rupiah.

Kapal kecil yang kami tumpangi membelah air dengan sempurna, dan saya mulai berimajinasi apa yang akan saya lakukan bila kamera yang saya pegang jatuh kedalam air.
Rasa ingin mati saja.
Kata Indrawan otak saya penuh dengan dunia fiksi..hahay.

Dan inilah Kampung Ayer..sebuah kampung terapung dengan lahan parkir sebesar Bandung Supermall.

Semoga kalian melahirkan anak-anak yang sehat dan senang bersepeda.
Tentu menyenangkan melihat mereka berlarian disini..
plung!


 

 

Lalu
Cerita sebenarnya tentang Kampung Ayer dari lensa matamu disini

diambil oleh anugrah tangke.terimakasih banyak.


Selamat tinggal Bandar Seri Begawan
Hasta la vista 

Bandar Seri Begawan: Rukiah binti Abdullah

Suatu waktu di pasar Kianggeh,

"Kemari"

Nenek mungil itu memanggil saat menangkap baah saya mengambil gambarnya dengan kamera.
"Nak tengok.."
Ternyata beliau ingin melihat hasilnya,
"Cantik kan makcik?"
"Hehe.. iya cantik,
  Nanti boleh kamu cucikan lalu bagi dekat sini?"

Beliau seorang mualaf, ayahnya seorang China dan suaminya sudah meninggal.
Setiap harinya berjualan sayur di Pasar Kianggeh dengan sewa 175 dollar Brunei setahun.
 Mengucap salam pada Rukiah binti Abdullah
 
"Mata saya sudah tidak dapat melihat dengan jelas"
 
 Salah satu jualan Ibu Rukiah 
 
 "Bawa ini pulang untuk masak"
 
"Panggill Nini bukan Makcik"

Sunrise doesn't last all morning,
a cloudburst doesn't last all day.
Seems my love is up
and has left you with no warning.
But it's not always going
to be this grey.
 
-georgeharisson- 

Teringat almarhumah nenek saya tercinta, Siti Roekijah 


Bandar Seri Begawan: Glad All Over

Merupakan catatan terakhir tentang Bandar Seri Begawan.
Setidaknya itulah yang harus saya lakukan secepatnya, kalau tidak ingin menjadi berlarut-larut.
Pelajaran yang bisa diambil adalah: jangan malas.
hahay...

Hal-hal menarik yang terlupakan akan bisa di tambal sulam belakangan, dan semoga tidak ada yang terlewatkan.
Indrawan menghabiskan waktunya dengan melakukan riset mini mengenai imigran di Sabah (saya menulis ini disebuah kopitiam di Kota Kinabalu,...iya ..kami sudah sampai disini!)
dan saya sebagai seksi dokumentasi yang pemalas, hanya bisa menganggu kegiatan risetnya dengan terus menerus merongrong,
"Serius amat sih.."
hehe..
maafkan suamiku.

Hasil tulisannya bisa dilihat disini

Catatan kali ini bercerita tentang Kampung Ayer (baca : Kampung Air) dan Pantai Muara (saya hampir lupa kami pernah pergi ke pantai).

Pantai Muara

Jangan berharap menemukan pantai yang biru kehijauan dengan coral dan aneka satwa laut bertebaran.
Sejauh ini tidak ada pantai seperti itu di Brunei Darussalam,
teringat Pulau Mabul saat saya berkunjung kesana tahun lalu terus terang tadinya
saya agak berharap banyak dari daerah utara khatulistiwa ini.


 
 
 
 Kelakuan standar orang di pantai pt.I
 
Kelakuan standar orang di pantai pt.II

Bandar Seri Begawan: Sungai Kianggeh dan teman-teman

Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam 

Kamar Jalu, Kampung Mata–Mata , 
10 Januari 2010
11.40 pm


Ini akumulasi perjalanan yang dimulai sejak pertama kali kami menginjakan kaki di Bandar Seri Begawan.Yang dituliskan sembarangan dan seringkali terlupakan karena kepala terlanjur menyentuh bantal.heu

Sungai Kianggeh
 
Pertama kali mencapai Bandar dan dihadapkan pada larangan merokok di seluruh penjuru membuat Indrawan memutuskan kami harus secepatnya mencari udara segar.
Dari terminal bus Bandar, kami berjalan ke arah waterfront Sungai Kianggeh.
Indrawan mengambil spot di depan bioskop yang sudah almarhum untuk merokok, sedangkan saya memutuskan berputar menyusuri sungai.
Atau tepatnya diungsikan dengan halus oleh sang suami,
 
“Sana, senang-senang ambil gambar!”

dilarang merokok disini, indrawan pun mengungsi
 Sungai Kianggeh dan taksi air menuju Kampung Ayer

Pasar Sungai Kianggeh

Jualan utamanya adalah ikan kering,
Terletak di tepi Sungai Kianggeh pasar ini selalu ramai dikunjungi, terima kasih kepada taksi air yang selalu setia menanti.
Berbagai makanan laut kering ada disini
dan ternyata juga menjual ini
 Penjual sayur ini mungkin seumur dengan adik saya yang paling kecil
dan dia ternyata pandai menggambar 
 
 Menunggu keringat kering di bawah pohon
 "taruhan..pasti dia orang Philipina.."
 
Kecapaian kami lalu duduk di belakang kedai ikan kering, membeli satu kaleng cincau dan digigit semut merah sampai gatal-gatal

Kompleks Pekuburan

Indrawan mengajak saya menyusuri pekuburan yang terletak di dalam pasar.
Dan mengambil gambarnya bukanlah pekerjaan yang terlalu menyenangkan.

 Kompleks pekuburan ini terletak tepat di belakang pasar, 
dikelilingi pagar setinggi kurang lebih lima kaki yang tidak terkunci
 
Pekuburan yang sama, dilihat dari tempat yang lebih tinggi
 
 Tempat yang lebih tinggi?
maksud saya, pekuburan lain yang lebih tinggi.
 (dan orang yang bertanggung jawab mengajak saya naik kemari..T.T)
 
Yang lebih tinggi pt.I
 
Yang lebih tinggi pt.II 

Kelenteng
“Bun, Saya punya teori baru, bahwa kelenteng itu akan dekat dengan pasar”

Dan ini adalah kelenteng yang terletak tepat di depan Pasar Sungai Kianggeh.
Salah satu hal yang memicu kalimat Indrawan di atas.

pintu utama kelenteng "Hall of Flying Clouds"
yang ternyata  merupakan hasil relokasi di tahun 1960 
dan dibelakangnya adalah gedung parkir tujuh lantai

hue.hehe....
Indrawan agak cemberut setelah dipaksa berfoto di depan kelenteng dengan timer.
Perutnya masih sakit, sejak mencapai Brunei Indrawan terserang nyeri lambung terus menerus setiap hari 
(dan ternyata sembuh setelah kami mencapai Kota Kinabalu, Sabah..hem)


Two drifters off to see the world,
there's such a lot of world to see.
We'er after the same rainbows end,
and waiting round the bend,
my huckleberry friend, Moon River, and me
-sinatra- 
 

Bandar Seri Begawan: Pasar Malam Gadong

Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam

Di depan Astro, Kampung Mata – Mata,
10 Januari 2010
 

Memperkenalkan Pasar Malam Gadong,
yang sudah bisa diduga pasti isinya adalah mas-mas dan mbak-mbak.
Menyenangkan, makanan yang lebih akrab di lidah kami daripada di daerah semenanjung Malaysia..


ayam dimana-mana.
dan bisa dimasak seperti apa saja

brutu.
nampaknya mereka memiliki ikatan emosial yang sangat kuat dengan bagian ayam yang satu ini.
Merupakan bagian paling laris, paling mahl, dan paling diminati di Brunei.

 
 kegiatan petang hari
di perjalanan pulang,saat sudah mulai gelap 
 
aku ingin..
Tapi sungguh bukan pilihan yang bijak,
membeli durian saat menumpang di rumah orang.
Do-oh! 
 
 Pasar Gadong,
gambar diambil oleh suamiku, karena istrinya yang pendek memiliki pandangan terbatas.huks.. 



Dan nampaknya sampai saat ini Indrawan masih memikirkan roti Papa John 2.5 Dollar Brunei yang menggoda..haha