Wednesday, February 3, 2010

Metro Manila : Dongeng pengantar besok , Cinta

Metro Manila, City of Manila
Barangay 649 Zone 68 Port Area Manila
Rabu , 3 Febuari 2010

Dave
“He has one Mother and three Dad(s)!”
begitu salah satu celoteh yang terdengar - seperti umpatan - saat acara perkenalan di kelas pertama kami pada sore hari.
Tidak pernah saya membayangkan bahwa itu adalah sebuah pernyataan yang serius mengenai salah seorang anak di kelas kami.
Van Dave, seorang anak dengan satu ibu, lima saudara dan enam orang Ayah. 
Masing-masing satu untuk setiap saudaranya.
Harinya diisi dengan berjualan pandisal, roti khas Philipina pada pukul empat subuh, dilanjutkan dengan pastila (nasi berlauk ayam suir seharga lima peso untuk sarapan), kemudian bersekolah dan mungkin mencari kemungkinan untuk penghasilan yang lain.
Si kecil Dave terpaksa melahap kecebong sebagai makanannya, meskipun dia tahu bahwa itu beracun.

"Suatu waktu dia pernah datang ke sekolah dengan membawa adiknya yang masih kecil, sebagai kompensasi bagi Ibunya atas waktu Dave yang 'terbuang' " 


Ivy menambahkan

Metro Manila : Dongeng pengantar besok , Harapan

Metro Manila, City of Manila
Barangay 649 Zone 68 Port Area Manila
Rabu , 3 Febuari 2010
“Anak-anak seringkali nampak bahagia, namun sebenarnya di dalam hatinya tidak..”
-Neckard, 12 tahun -
Neckard
Ini kali kedua kami mengajar di kelas siang,
dan secara mengejutkan semuanya menjadi semakin menarik setiap kalinya.

Kami membahas tentang keinginan, harapan dan cita-cita.
Kemudian semuanya mengalir seperti air.

Anak-anak dan kecintaan mereka terhadap sekolah,
tentang harapan akan masa depan yang lebih baik,
dan di atas segalanya cita-cita mereka selalu melibatkan kepentingan orang lain.

“Saya ingin bekerja di luar negeri sehingga bisa membawa Ayah saya pergi berobat..”
-Maynard, 12 tahun -
Maynard
Seorang bocah laki-laki berhati besar dengan senyum yang tidak kalah besarnya.
Maynard tinggal jauh dari sekolah, di daerah yang menurut Ivy seringkali terbenam karena banjir, Aplaya. Dan Ayah Maynard dengan sukarela menggendong anaknya supaya bisa berangkat ke sekolah, dengan menggunakan dua matanya yang telah buta.
Menonton,
bersama-sama melihat hasil karya mereka yang ditunjukan oleh Indrawan






Metro Manila : Dongeng pengantar besok : Merah dan Biru

Metro Manila, City of Manila
Barangay 649 Zone 68 Port Area Manila
Rabu, 3 Febuari 2010



Si kambar,..
Jimboy A Mamental, 11 tahun,
cita - cita : insinyur
Jay Ar A Mamental, 11 tahun,
cita - cita : prajurit

Jay Ar dan Jim Boy, adalah saudara kembar berparas menawan di kelas pagi.
Salah satu hal yang menarik perhatian adalah mereka merupakan satu-satunya anak yang memakai sapu tangan di saku mereka. Jay Ar menggunakan sapu tangan berwarna merah sedangkan Jim Boy berwarna kebiruan.

“Ibu mereka adalah seseorang yang sangat suportif..”
begitu penjelasan Ivy saat saya bertanya tentang saputangan babuncu ampat tersebut.

Jay Ar dan Jimboy tinggal dekat dengan Aplaya,
salah satu daerah paling miskin di perkampungan miskin Baseco.
(disanalah beberapa anak-anak di kelas kami ; Dave, Maynard , juga seorang gadis manis bernama Jamaica tinggal).
Apa yang mereka lalui setiap hari menuju dan dari sekolah bukanlah perjalanan yang mudah.Cerita mengenai mayat tanpa lengan yang mengambang di lautan ataupun pelecehan seksual oleh anak-anak yang lebih tua adalah hal umum di dengar sehari-hari.
Menyedihkan memang.


Selamat datang di Aplaya




Karena pantainya yang penuh sampah dan kotoran,
anak-anak menyebutnya "Tae - Tae Beach"
atau pantai kotoran 



Si penjual tahu




Anak-anak yang tidak bisa bersekolah dan menjadi pemulung di sekitar pantai Aplaya


dan lagi-lagi kita membicarakan peranan seorang Ibu