Friday, January 8, 2010

Bandar Seri Begawan: Terkunci

Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam

Kampung Mata – Mata, 
8 Januari 2010
suatu waktu di malam hari




Kami tiba pukul lima sore dengan satu-satunya bus menuju Kampung Mata Mata, si dua puluh satu namanya, dan mobil hitam Ibu Sisca tidak ada di tempat.
Gawat! 


Kejadian selanjutnya adalah duduk di beranda untuk kembali menekuni catatan harian, mengomentari hasil bidikan gambar ..




 
  
juga berceloteh dengan ayam..


Ayam Deddy-nya Raksa , begitu mereka bilang


Ibu ayo cepat pulang..

Bandar Seri Begawan: Hello Goodbye!

Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam

Kampung Mata – Mata ,
8 Januari 2010
6.40 pm


Pagi ini kami memutuskan untuk secepatnya mencari tiket menuju Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia.
Tiket pesawat sudah mulai naik lima puluh persen dari terakhir kali kami lihat di internet.
Kami mulai berpaling ke alternatif sebelumnya; dengan bus ferry.



Bus dari Bandar menuju Muara, nomor tiga tujuh


 Indrawan Fans Club.
Si mas yang tiba-tiba datang dan langsung mengambil posisi di samping Indrawan,
“Mbak-mbak, ayo mbak foto saya”



Kebingungan yang lain datang saat memilih tujuan keberangkatan.
Brunei - Labuan,
Brunei - Lawas,
ataukah Brunei - Manumbok.

Pilihan akhirnya jatuh pada Manumbok, karena sudah masuk daratan Sabah, dan dapat mencapai Kota Kinabalu dengan bus antar kota.
Dua puluh lima dollar Brunei, atau setara dengan enam puluh ringgit Malaysia.


Popsicle toes.
Popsicle toes are always froze.
Popsicle toes.
You're so brave to expose all those popsicle toes..
*teringat Michael Frank 

Indrawan dan kumpulan poster favoritnya di Brunei Darussalam.ahay!
 

Bandar Seri Begawan: “Mbak’e.....”

Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam

Kamar Jalu, Kampung Mata–Mata ,
8 Januari 2010



“Mbak’e iki gedene sa’piro?”
begitu kurang lebih pertanyaan yang kami lontarkan kepada pelayan kedai india muslim (yang di Malaysia biasa dipanggil mamak).
Perempuan yang dipanggil si mbak itu terkejut kemudian tertawa dengan temannya yang lain,
Walah, Kaget aku .. kok ngomong'e sa’piro..”

Kemudian saat pulang dengan bus nomor dua puluh satu,
“Mbak, aku turune depan pos opis dekat masjid ya..”
Si mbak pun mengangguk..

 mbak-mbak penjual tiket bus bandar
 

hal ini yang membuat saya pertama kali menyadari bahwa si mbak adalah petugas tiket

Dan percayalah, apabila ingin selamat di Brunei Darussalam mempelajari bahasa jawa akan lebih berguna daripada bahasa melayu.