Wednesday, January 6, 2010

Bandar Seri Begawan: dan Jerudong itu ternyata...

Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam

Kampung Mata– Mata , 
6 Januari 2010
suatu waktu di malam hari

"Kalau mau ke Pantai, pergi ke Jerudong. Naik bus nomor lima puluh lima"

dan berbekal petuah sang juru sapu yang membolos di Pasar Kianggeh, kamipun memutuskan untuk melihat pantai di Brunei Darussalam.

Setelah tertidur, terbangun, tertidur dan kemudian terbangun lagi, bus akhirnya berhenti setelah melewati hampir satu jam perjalanan.
Nyatanya yang kami lihat bukan lah pantai yang cantik, melainkan pasar ikan dan pameran mobil yang berderet di sepanjang jalan.

pantai yang kering dan terik di Jerudong

Memanjakan perut yang lapar dan tetap berhemat kami memutuskan membeli nasi katok, yang seperti biasa dijual oleh mbak-mbak Jawa, seharga satu dollar Brunei.
Ditemani Choki Sihotang yang memang untuk anda..

Menonton Indosiar di kaki lima Brunei Darussalam

Demi mengejar bus terakhir menuju Kampung Mata Mata, kamipun segera pergi dari Jerudong.
Mengomel sepanjang jalan, dan kembali tertidur.

Ternyata,..

Di Jerudong itu terdapat taman bermain terbesar di Asia Tenggara pada jamannya, dan juga hotel bintang tujuh satu-satunya di Brunei Darussalam..
sedangkan kami hanya sampai pasar ikan.

heu

Bandar Seri Begawan: Dan Larangan Merokok!

Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam




 larangan merokok yang ditempel hampir di setiap tempat (yup! SETIAP tempat)

Larangan mungkin merokok duduk di peringkat nomor satu kenapa kami harus secepatnya meninggalkan kota ini versi Indrawan.
Saya sendiri menanggapi larangan merokok dengan cengiran paling lebar yang bisa dibuat, dan mengangguk setuju.
Karena bagi saya tempat makan yang mudah dicapai dan buka dua puluh empat jam adalah mutlak untuk kelangsungan hidup bernegara.
'Perut kenyang hati senang' begitu motonya!


 langit Bandar yang tidak lebih biru ternyata

 indrawan dan gudang garam terakhirnya (hahay!)

"Bun tinggal satu batang"

Kemudian kamipun menyusuri pekuburan, pasar ikan juga terminal demi senggenggam tembakau dan tar.
Nyatanya selain sepak bola mungkin rokok adalah sarana pergaulan yang efektif, dalam waktu sekejap mata Indrawan sudah mendapatkan gank baru dan rokok baru juga.

katanya ini rokok Brunei (baca : yang dijual di Brunei)


Indrawan dan gank barunya


 Bersama gank mencari harta karun di terminal

Lepas 5 menit berjalan sahaja, Indrawan menemukan toko di lantai 2 terminal yang dijaga oleh mbak-mbak Jawa. Saya pun tak mau kalah, menikmati aura Indonesia di sudut pertokoan - membeli 1 botol Kiranti sang penyelamat!