Sebuah catatan oleh Indrawan Prabaharyaka,
setelah mengalami perang dingin yang untungnya tidak berkepanjangan..
SM Mall of Asia,
City of Manila
22 Januari 2010
Beberapa menit yang lalu, kita baru saja menjadi pelancong dalam artian sebenar-benarnya. Mengelilingi tempat-tempat menarik dan bercahaya, mencoba wahana-wahana hiburan, hingga makan malam cukup mewah untuk ukuran kantong kami. Sempat terjadi dorong-dorongan dan pembicaraan sekelas sinetron ketika akan mencoba Bungee Fun seharga 120 Peso (25.000 rupiah) di Mall of Asia, bangunan komersial yang konon terbesar di dunia.
setelah mengalami perang dingin yang untungnya tidak berkepanjangan..
SM Mall of Asia,
City of Manila
22 Januari 2010
Beberapa menit yang lalu, kita baru saja menjadi pelancong dalam artian sebenar-benarnya. Mengelilingi tempat-tempat menarik dan bercahaya, mencoba wahana-wahana hiburan, hingga makan malam cukup mewah untuk ukuran kantong kami. Sempat terjadi dorong-dorongan dan pembicaraan sekelas sinetron ketika akan mencoba Bungee Fun seharga 120 Peso (25.000 rupiah) di Mall of Asia, bangunan komersial yang konon terbesar di dunia.
“Kalo aku nanti selesai loncat-loncat setinggi 60 meter lalu turun tidak bernafas lagi bagaimana?”, istri saya berkomentar dengan wajah pucat dan tangan kedinginan karena menggigil ketakutan.
“Nanti ada saya di bawah mencium kamu dan bilang I love you begitu kamu selesai”, saya mencoba menenangkan perasaan Widyastuti yang berekspresi semakin pasrah.
Atraksi pun dimulai. Sang operator memainkan Bungee Fun dengan kecepatan rendah, lalu semakin melambungkan Widyastuti yang tidak berteriak atau menutup matanya.
“Bagaimana rasanya sayang? I love you”, tanya saya padanya ketika baru saja selesai diguncang-guncang tanpa daya.
“Sekarang giliran kamu yang naik ya. Rasakan sendiri jantung yang lepas dari tempatnya”.
0 comments:
Post a Comment