Tuesday, September 20, 2011

Moh. Ali Road

Saya tahu Ramadhan sudah lama lewat. Dan kenangan - kenangan akan Idul Fitri sudah melapuk di dalam komputer saya. Sebelum semuanya terlanjur berkarat, saya memutuskan untuk bercerita sedikit tentang Ramadhan kami di Mumbai. Tempat dimana manusia, hewan dan kendaran beroda bersatu padu berjuang mendapatkan secercah jalan keluar.
Day 74
6 Agustus 2011
Mohammad Ali Road

Ada suatu tempat yang tidak boleh dilewatkan saat Ramadhan di Mumbai, namanya Mohammad Ali road. Setidaknya begitulah yang dikatakan orang. Suami saya, Indrawan, adalah seorang karnivora sejati. Dengan bersemangat mengajak saya mengunjungi jalan fenomenal itu di malam minggu, salah satu tujuannya ; mendapatkan daging 'dewa'. 
Cangkir Monster
Begitu kami menyebut cangkir - cangkir mungil yang kadang tidak ada pasangannya ini.
Dibuat aneka bentuk, aneka warna dan juga aneka harga. 
Dimulai dari angka empat ribu rupiah saja

Cangkir Manggis
Untungnya tidak harus menunggu delapan tahun sekali


Cangkir Nenek
Saya merasa berada di sebuah rumah tua yang berisi aneka pecah belah segala usia.
Di temani aroma kopi dan kursi goyang.


Pasar serba ada
Tepat di hadapan para cangkir kami bertemu puluhan sangkar burung dan tempayan


Dates
Sayangnya kami bukan penggemar kurma sejati. 
Namun kami menyempatkan membeli sekantung kecil campuran kismis, mete dan badam 
seharga tiga puluh rupee atau sekitar enam ribu rupiah


Labeling
Harapan saya hanya, 'Semoga damai di Bumi'


Cling.. cling..
Kios yang menjual aneka peralatan stainless steel


My Old Town
Youth is a disease from which we all recover


Salah satu favorit Indrawan 
Swarma mutton super lembut, meriah dan tentu saja murah


Green Masjid
and travel agent


Bianglala
Bahagia yang ditularkan disepanjang jalan


Heart on the wheels
Bianglala kecil ini digerakan secara manual. Bergiliran setiap beberapa kali putaran.


Beautiful creature
Sungguh tidak sulit menemukan makhluk cantik di Mumbai


Warm gun
Saya lupa nama anak muda ini. Mereka berdua kakak beradik. 
Mengingatkan saya akan adik - adik di rumah.


Ciku Juice
Atau bahasa indonesianya, Jus Sawo. 
Ini pertama kalinya saya mengetahui bahwa sawo bisa dijadikan pilihan untuk embuat jus. 
Bukan buah favorit Indrawan, namun saya amat sangat menggemarinya.


Hop..hop..
Kalau boleh jujur, sebenarnya proses membuat jus ini lebih menarik dari rasanya


Kacang
Hem.. Nampaknya sih kacang


Kumpulan manusia
Berhimpitan sepanjang jalan, di bawah langit Mumbai


Just another (again)
Masjid yang berbagi fungsi dengan lingkungan sekitarnya


Meskipun memerlukan perjuangan yang berat, baik mencapai tempat maupun keluar dari tempat ini . Moh. Ali road adalah tempat yang sungguh sangat menyenangkan untuk berpelesir. Murah, (terlalu) meriah, dan yang pasti kami sama - sama berpendapat bahwa Moh. Ali memiliki atmosfer yang lebih mirip Indonesia dibandingkan bagian lain dari Mumbai.  

Ah, .. dan jangan lupa bazar barang antik setiap hari minggunya :)

1 comments:

kuwacikecil said...

SUKAAAKK!! eehhehhe... kapan ya bisa mengunjungi kaliaaan?? sniff sniff..

Post a Comment