Saturday, November 19, 2011

Dharavi : State That I am In

Home is the nicest word there is.
Laura Ingalls Wilder

Enam lembar halaman buku cek yang tersobek menyadarkan saya bahwa sudah enam bulan kami tinggal di Mumbai. Beberapa kali melakukan perjalanan bisnis keluar kota, mencuri libur di akhir pekan, sampai kedatangan tamu dari jauh sudah terlewati dan saya masih berada di halaman yang sama dengan bulan bulan kemarin. Maafkan atas kemalasan yang berkepanjangan, cerita yang tidak runut dan janji - janji palsu pada suami tercinta untuk selalu menulis setiap minggunya. Berikut cuplikan kecil suatu hari di bulan Juli

Day 48

 9 Juli 2011
Dharavi

Dharavi adalah salah satu dari sekian banyak hal yang mengundang kami ke Mumbai. Ketika Flo seorang gadis Perancis yang manis mengajak kami menghabiskan hari Sabtu disana dengan hati riang kami menuju Stasiun Bandra untuk membidik perkampungan kumuh raksasa ini.


Welcome to Dharavi
Tidak ada 'pintu selamat datang' namun melalui satu dari seribu mulutnya Dharavi menyambut kami dengan komedi kincir angin yang sudah terbalik seratus delapan puluh derajat. Pelosok kota Mumbai sangat marak dengan komedi kincir angin yang digerakan secara manual, seperti yang pernah kami saksikan di Moh. Ali Road 
Home Sweet Home.
Sungguh saya tidak berlebihan saat mengatakan bahwa flat ini masih bisa dikatakan layak huni untuk ukuran Mumbai. Flat - flat yang tidak lebih baik keadaannya bahkan bisa ditemukan beberapa langkah dari Four Season Hotel yang mentereng di daerah Worli.
Perjalanan sepulang sekolah.
Anak anak berseragam yang tidak bersepatu. Biasanya memakai sendal tanpa kaus kaki dan menggunakan kantung plastik sebagai pengganti tas sekolah.
Dharavi can't be so pretty from the Bird eye view..
Kehidupan jalan raya yang mirip gado - gado.
Taksi bertaburan, auto rickshaw berhamburan dan manusia berserakan.
Series of Unfortunate events.
Salah satu rumah penduduk di dekat jalan raya.
Dan seperti layaknya rumah keluarga India yang lain, bisa dipastikan tidak hanya tiga empat orang yang hidup didalamnya.
Perjalanan menuju perkampungan yang terkenal akan daur ulang plastiknya.
Kiri kanan jalan dipenuhi karung karung sampah plastik aneka bentuk.
Indrawan membuka jalan memasuki jalur jalur kecil diantara kumpulan sampah plastik dan limbah antah berantah lainnya
Paint my world.
Aneka warna bisa ditemukan tepat diantara jemari. Hari ini biru sedang berjaya nampaknya.
Penggusuran yang baru terjadi tepat satu minggu sebelum kami datang ke lokasi
Seperti melihat potongan gambar kerja dalam SketchUp.
Berani bertaruh bahwa bangungan 'setengah berdiri' ini masih ramai dihuni setiap malamnya
Berdiri dari atas jembatan dan sibuk bertanya - tanya, 
apa yang akan terjadi ditempat ini tahun depan.
Sudah bukan Dharavi,
namun sulit menemukan perbedaannya bukan?
Dalam perjalanan pulang meninggalkan Dharavi, suatu perkampungan kumuh lainnya di dekat Stasiun Bandra
Bandra.
Salah satu stasiun besar di Mumbai, dan keadaan sekitarnya.


Lalu, apa yang kami temukan di dalamnya?
Selain rasa takjub akan besarnya perkampungan ini,
Disana ada jutaan senyum yang ramah, secangkir Chai panas yang lezat dan teman baru yang mengajak kami berbuka puasa bersama keluarganya di dalam rumah super mungil.
Hangat.
I gave myself to sin
I gave myself to Providence
And I've been there and back again
The state that I am in
-belleandsebastian-

3 comments:

Anonymous said...

sebenarnya apa yang menyebabkan Dharavi banyak sampahnya ?

Backpackidea said...

Wow...jangan2 di india tempat ini belum dikategorikan slum area?

Unknown said...

baru ketemukan blog ini .....begitu menarik, semua gambar memberikan cerita tersendiri dalam khayalku.

Thanks dah berbagi

Post a Comment